Profil Desa Budaya Kabupaten Bima NTB


PROFIL DESA WISATA  :
1. Desa Padende, Kecamatan Donggo.     
2. Desa Mbawa, Kecamatan Donggo.
3. Desa Maria, Kecamatan Wawo.
4. Desa Boro, Kecamatan Sanggar.
5. Desa Sambori, Kecamatan Lambitu.
6. Desa Kuta, Kecamatan Lambitu.

1. Desa Padende
Kecamatan : Donggo

I. Pendahuluan

  • Desa Padende terletak di dataran tinggi gunung Soromandi + 700 meter di atas permukaan laut teluk Bima atau + 70 km sebelah barat Ibu Kota Kab. Bima. 
  • Desa Padende adalah salah satu desa tua dan dalam wilayah desa terdapat peniggalan sejarah dan budaya yaitu : Situs Benda Cagar Budaya Uma Leme (Rumah Adat Tradisional Padende), Wadu Tunti (Batu Tulis), Wadu Ntari, Sarkofogus (Lesung Batu), Wadu Kopa (Tapak Kaki Gajah Mada), Makam Kuno (Makam Gajah Mada), Oi Mbani dll.
  • Desa Padende memiliki adat istiadat dan bahasa seperti Upacara yang berbeda dengan orang Bima pada umumnya, oleh karena itu menjadi salah satu desa yang sering dikunjungi wisatawan dan para peneliti.
  • Orang Padende disebut juga “Dou Donggo Ipa” dan merupakan penduduk asli masyarakat Bima.
  • Masyarakat Padende menganut agama Islam.
  • Kegiatan ekonomi masyarakat adalah berladang kopi, Cengkeh, kemiri, jahe, kunyit, mencari madu dan petani tegalan.
II.  Potensi ekonomi Kreatif yang dapat menunjang desa Budaya

  • Usaha pengolahan kopi, Cengkeh, kemiri, jahe, kunyit dll.
  • Pengolahan madu alam
  • Sanggar seni budaya
  • Usaha souvenir tenun tradisional.
III. Permasalahan yang dihadapi
Ekonomi  Kreatif masyarakat belum didukung dengan pemberdayaan modal usaha atau modal kerja.

IV. Kegiatan yang diharapkan

  • Agar masyarakat dapat merasakan langsung dengan desa Padende sebagai Desa Budaya yang dikunjungi wisatawan yang pada gilirannya dapat saling menunjang di antara keduanya, diperlukan dukungan Program Pemberdayaan Masyarakat melalui Program PNPM mandiri Desa Budaya.
  • Dukungan program tersebut di atas agar diprioritaskan pada tahun 2011.  
2. Desa Mbawa
Kecamatan : Donggo

I. Pendahuluan

  • Desa Mbawa terletak di dataran tinggi gunung Soromandi + 510 meter di atas permukaan laut teluk Bima atau + 6o km sebelah barat Ibu Kota Kab. Bima, disebut “Donggo Ipa”
  • Desa Mbawa adalah salah satu desa tua yang kental dengan adat istiadatnya dan di dalam wilayahnya terdapat peninggalan sejarah dan budaya yaitu : Situs Benda Cagar Budaya Uma Leme (Kompleks Rumah Adat Tradisional Mbawa).
  • Desa Mbawa memiliki adat istiadat dan bahasa seperti Upacara adat Mpisi dan Kalero ( Upacara Kematian ) yang berbeda dengan orang Bima pada umumnya, oleh karena itu menjadi salah satu desa yang sering dikunjungi wisatawan dan para peneliti, baik.
  • Orang Mbawa desebut juga orang gunung, dan merupakan penduduk asli masyarakat Bima.
  • Masyarakat Mbawa menganut agama Islam, Kristen Protestan dan Katholik.
  • Kegiatan Ekonomi masyarakat adalah berladang kopi, kemiri, mencari madu kerajinan anyaman pandan dan petani tegalan.
II. Potensi ekonomi Kreatif yang dapat menunjang desa Budaya

  • Usaha pengolahan kopi dan kemiri.
  • Kerajinan anyaman tikar, bakul.
  • Pengolahan madu alam
  • Sanggar seni budaya
  • Usaha souvenir tenun tradisional.
III. Permasalahan yang dihadapi
Ekonomi  Kreatif masyarakat belum didukung dengan pemberdayaan modal usaha atau modal kerja.

IV. Kegiatan yang diharapkan

  • Agar masyarakat dapat merasakan langsung dengan desa Mbawa sebagai Desa Budaya yang dikunjungi wisatawan yang pada gilirannya dapat saling menunjang di antara keduanya, diperlukan dukungan Program Pemberdayaan Masyarakat melalui Program PNPM mandiri Desa Budaya.
  • Dukungan program tersebut di atas agar diprioritaskan pada tahun 2011.  
3. Desa Maria
Kecamatan : Wawo

I. Pendahuluan

  • Desa Maria terletak di dataran tinggi gunung Maria + 300 meter di atas permukaan laut atau + 17 km sebelah Timur Ibu Kota Kab. Bima dengan menggunakan jalan Negara yang selalu mendaki dan berkelok-kelok.
  • Desa Maria adalah salah satu desa tua dan dalam wilayah desa terdapat peniggalan sejarah dan budaya yaitu : Situs Benda Cagar Budaya Uma Lengge (Kompeks Rumah Adat Tradisional Wawo sebagai lumbung tradisional dengan ciri khas lokasinya tersendiri di luar pemukiman penduduk, Megalitik Lesung Batu, Wadu Sigi, Wadu Ruka, Makam Kuno Prajurit La Jala,  Pasanggrahan Oiwobo.
  • Desa Maria memiliki adat istiadat yang kaya dengan kegiatan ritual tradisional, seperti  kegiatan cara-cara penyimpanan dan pengeluaran hasil bumi yg didukung oleh kegiatan tradisional seperti Tumbu (permainan adu kepala) yang memiliki makna filosofi  yang tinggi, selain itu pula di desa maria ini terdapat berbagai kesenian tradisi seperti tarian Aru Gele, tarian ini biasa dipertunjukan pada waktu acara penanaman padi di ladang, kebun tiap tahun dan pada acara penyambutan tamu bertempat di uma lengge. Dan kesenian lainnya seperti Mpa’a Manca, Gantao, Sere, Hadra, dll yang berbeda dengan orang Bima pada umumnya, oleh karena itu menjadi salah satu desa yang sering dikunjungi wisatawan dan para peneliti.
  • Masyarakat Maria menganut agama Islam.
  • Kegiatan ekonomi masyarakat adalah Bertani Tadah hujan seperti padi, jagung, kedelai, kacang tanah, jambu mete, Jambu Biji,  Mangga, Nangka, Kemiri, serta Tananaman apotik hidup seperti: Kunyit, kencur, Bangle, Lempuyang    dan berternak Sapi, kambing, dan ayam.
II. Potensi ekonomi Kreatif yang dapat menunjang desa Budaya

  • Usaha pengolahan padi, jagung, kedelai, Kacang tanah, Jambu mete, Jambi Biji, Mangga, Nangka, Kemiri serta Tanaman apotik hidup seperti Kunyit, kencur, Bangle, Lempuyang dll.
  • Kerajinan pembuatan batu permata,  anyaman tikar pandan, Sarau (Topi untuk ke ladang/ke sawah) Nyiru,  bakul dll.
  • Sanggar seni budaya
  • Usaha souvenir Miniatur uma lengge, Sarau (Topi untuk ke ladang/ke sawah).
III. Permasalahan yang dihadapi
Ekonomi  Kreatif masyarakat belum didukung dengan pemberdayaan modal usaha atau modal kerja.

IV. Kegiatan yang diharapkan

  • Agar masyarakat dapat merasakan langsung dengan desa Maria sebagai Desa Budaya yang dikunjungi wisatawan yang pada gilirannya dapat saling menunjang di antara keduanya, diperlukan dukungan Program Pemberdayaan Masyarakat melalui Program PNPM mandiri Desa Budaya.
  • Dukungan program tersebut di atas agar diprioritaskan pada tahun 2011.  
4. Desa Boro
Kecamatan : Sanggar

I. Pendahuluan

  • Desa Boro terletak di dataran rendah di kaki gunung Nae + 1000 meter di atas permukaan laut  atau + 46 km sebelah Selatan Ibu Kota Kab. Bima.
  • Desa Boro adalah salah satu desa kaya akan nilai sejarah budaya dan di dalam wilayah desa tersebut terdapat peniggalan sejarah dan budaya antara lain : Situs Benda Cagar Budaya Makam kuno (Rade Tua), Kompleks Makam Raja Sanggar, situs Bukit kaniki (areal bekas benteng Pertahanan Laut Darat “LA INOMOS” dan Benteng “ LA MATAGARA), situs Bukit Henca (hantu)atau perkampungan tempo dulu, Situs Lawangkuning, Situs Godo Ruma (Tempat menyimpanan Harta Kerajaan dan Penduduk),  Batu Lencong (Batu Lesung, Batu Kadera (Batu kursi),  Bekas Tapak kaki dll.
  • Desa Boro memiliki adat istiadat dan bahasa yang berbeda dengan orang Bima pada umumnya, bahasa daerah itu disebut bahasa “KORE” yang mirip dengan bahasan Mon Khmer Nehara Kambodya Indocinal dan budaya lama masih terpelihara seperti gantao, hadra, Mpa’a Bango, Rawa Ka’e (Nyayian Kore) oleh karena itu menjadi salah satu desa yang sering dikunjungi wisatawan dan para peneliti.
  • Masyarakat Boro menganut agama Islam.
  • Kegiatan ekonomi masyarakat adalah Nelayan dan berladang/bertani Tadah hujan seperti  Padi, Jagung, Jambu Mete, mencari madu alam dan Berternak Sapi, Kambing, ayam, menangkap Ikan, mencari nener dan pertukangan (membuat Perahu).
II. Potensi ekonomi Kreatif yang dapat menunjang desa Budaya

  • Usaha pengolahan Padi, Jagung, Kedelai, Jambu Mete,  Asam. 
  • Peternakan  Sapi, Kambing, ayam.
  • Usaha Pengolahan Ikan, nener dan pertukangan (Pembuatan Perahu tradisonal).
  • Pengolahan madu alam
  • Sanggar seni budaya 
  • Kerajinan Lejo (keranjang), tikar pandan. 
III. Permasalahan yang dihadapi
Ekonomi  Kreatif masyarakat belum didukung dengan pemberdayaan modal usaha atau modal kerja.

IV. Kegiatan yang diharapkan

  • Agar masyarakat dapat merasakan langsung dengan desa Boro sebagai Desa Budaya yang dikunjungi wisatawan yang pada gilirannya dapat saling menunjang diantara keduannya, diperlukan dukungan Program Pemberdayaan Masyarakat melalui Program PNPM mandiri Desa Budaya.
  • Dukungan program tersebut di atas agar diprioritaskan pada tahun 2011.  
5. Desa Sambori
Kecamatan : Lambitu

I. Pendahuluan

  • Desa Sambori terletak di dataran tinggi gunung Lambitu + 800 meter di atas permukaan laut atau + 46 km sebelah Timur Ibu Kota Kab. Bima dengan menggunakan jalan Negara yang selalu mendaki dan berkelok-kelok.
  • Desa Sambori adalah salah satu desa tua dan dalam wilayah desa terdapat peniggalan sejarah dan budaya yaitu : Situs Benda Cagar Budaya Uma Lengge (Kompeks Rumah Adat Tradisional Sambori) sebagai tempat tinggal tradisional dengan ciri khas dan unik yang berbeda dengan pemukiman penduduk lain di daerah Bima, Megalitik Batu berkumpul/memamanggil oleh peduduk setempat dinamakan “Watu kadeo” dll.
  • Desa Sambori memiliki adat istiadat dan bahasa tersendiri yang biasa di sebut bahasa “IngeNdai Sambori” juga kaya dengan kegiatan ritual tradisional, seperti  Belaleha, Manggeila, Kelero, Lanca, Mpa’a Manca, Gantao, Sere, Hadra, Aru Gele yaitu tarian ini biasa dipertunjukan pada waktu acara penanaman padi di ladang, kebun tiap tahun dan pada acara penyabutan tamu bertempat di uma lengge, oleh karena itu menjadi salah satu desa budaya yang sering dikunjungi wisatawan dan para peneliti.
  • Masyarakat Sambori  menganut agama Islam.
  • Kegiatan ekonomi masyarakat adalah Tukang Kayu, berladang seperti Bawang putih, padi, jagung, kedelai, Kopi,  Alpokat, Jeruk Besar, Kemiri, Pinang serta Tananaman apotik hidup seperti Jahe, Kunyit, kencur, Bangle, Lempuyang   dan juga berternak Sapi, kambing ayam.
II. Potensi ekonomi Kreatif yang dapat menunjang desa Budaya

  • Usaha pengolahan Bawang putih, padi, jagung, kedelai, Kopi,  Alpokat, Jeruk besar, Kemiri, serta Tananaman apotik hidup seperti : Kunyit, kencur, Bangle, Lempuyang.
  • Kerajinan anyaman tikar pandan, Saduku (tempat Nasi), bakul dll.
  • Sanggar seni budaya
  • Usaha souvenir Saduku (tempat Nasi), bakul  kecil dll.
III. Permasalahan yang dihadapi
Ekonomi  Kreatif masyarakat belum didukung dengan pemberdayaan modal usaha atau modal kerja.

IV. Kegiatan yang diharapkan

  • Agar masyarakat dapat merasakan langsung dengan desa Sambori sebagai Desa Budaya yang dikunjungi wisatawan yang pada gilirannya dapat saling menunjang diantara keduannya, diperlukan dukungan Program Pemberdayaan Masyarakat melalui Program PNPM mandiri Desa Budaya.
  • Dukungan program tersebut di atas agar diprioritaskan pada tahun 2011.  
6. Desa Kuta
Kecamatan : Lambitu

I. Pendahuluan

  • Desa Kuta terletak di dataran tinggi gunung Lambitu + 600 meter di atas permukaan laut atau + 42 km sebelah Timur Ibu Kota Kab. Bima dengan menggunakan jalan Negara yang selalu mendaki dan berkelok-kelok.
  • Desa Kuta adalah salah satu desa tua dan dalam wilayah desa terdapat peniggalan sejarah dan budaya yaitu : Situs Benda Cagar Budaya Uma Lengge (Kompeks Rumah Adat Tradisional Kuta sebagai tempat tinggal juga lumbung tradisional penduduk asli Kuta, Megalitik Lesung Batu, Watu Kadeo (batu berkumpul/memanggil), Wadu Manggo’do, Ma’basa,  Jati Kasipahu, Oi ‘Buri (mata air Keramat).
  • Desa Kuta memiliki adat istiadat dan bahasa tersendiri yaitu bahas “IngeNdai Kuta” yang kaya dengan kegiatan ritual tradisional, seperti Belaleha, Manggeila, Kelero, Lanca, Aru Gele yaitu tarian ini biasa dipertunjukan pada waktu acara penanaman padi di ladang, kebun tiap tahun dan pada acara penyabutan tamu bertempat di uma lengge. Dan kesenian lainnya seperti Mpa’a Manca, Gantao, Sere, Hadra dll yang berbeda dengan orang Bima pada umumnya, oleh karena itu menjadi salah satu desa yang sering dikunjungi wisatawan dan para peneliti.
  • Masyarakat Kuta menganut agama Islam.
  • Kegiatan ekonomi masyarakat adalah Tukang Kayu, berladang seperti Bawang putih, padi, jagung, kedelai, Kopi,  Alpokat, Jeruk Besar, Kemiri, Pinang serta Tananaman apotik hidup seperti Kunyit, kencur, Bangle, Lempuyang   dan juga berternak Sapi, kambing ayam.
II. Potensi ekonomi Kreatif yang dapat menunjang desa Budaya

  • Usaha pengolahan Bawang putih, padi, jagung, kedelai, Kopi,  Alpokat, Jeruk besar, Kemiri, serta Tananaman apotik hidup seperti : Kunyit, kencur, Bangle, Lempuyang.
  • Kerajinan anyaman tikar pandan, Saduku (tempat Nasi), bakul dll.
  • Sanggar seni budaya
  • Usaha souvenir Saduku (tempat Nasi), bakul  kecil dll.
III. Permasalahan yang dihadapi
Ekonomi  Kreatif masyarakat belum didukung dengan pemberdayaan modal usaha atau modal kerja.

IV. Kegiatan yang diharapkan

  • Agar masyarakat dapat merasakan langsung dengan desa Kuta sebagai Desa Budaya yang dikunjungi wisatawan yang pada gilirannya dapat saling menunjang diantara keduannya, diperlukan dukungan Program Pemberdayaan Masyarakat melalui Program PNPM mandiri Desa Budaya.
  • Dukungan program tersebut di atas agar diprioritaskan pada tahun 2011. 

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bima
Santabe ta komentar mena, bune kombi menurut ndai kaso


Follow Twitter @Info_Mbojo & Facebook Info Mbojo


My Great Web page

Share this article :

0 Komentar:

Posting Komentar

Santabe, ta komentar mena, bune kombi menurut ndai kaso ta re

 
Support : Forum Dou Mbojo | Tofi Foto | Info Mbojo
Copyright © 2007. Mbojo Network, Berita dan Informasi Bima Dana Mbojo - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Dominion Rockettheme
Proudly powered by Blogger