Dalam usaha migrasinya ke Bima, sebuah perahu yang paling besar milik masyarakat Sulawesi terdampar dekat pantai Pai. Seluruh penumpang perahu tersebut naik ke daratan dan bermukim disana. Pemukiman ini diberi nama Pai.
Perkampungan di Pai berupa gubuk-gubuk di sekitar pantai. Perkampungan ini tidak bertahan lama karena adanya kesulitan dalam memperoleh air serta lahan di sekitarnya tidak cocok sebagai lahan pertanian, hanya terbentang padang rumput yang luas. Mereka kemudian menetap di pedalaman, yaitu disisi kiri dan kanan sungai Pai.
Kegiatan bercocok tanam hanya berladang dan berkebun, masing-masing lahan pertanian didirikan pondok-pondok sekaligus sebagai tempat tinggal tetap. Perladangan mereka semakin lama, semakin jauh dari perkampungannya, hingga sampai ke bukit-bukit sebelah timur Gunung Maria. Dan akhirnya para peladang itu mendirikan perkampungan baru di Wosu dan Daru , hanya sedikit saja yang masih tinggal di Pai.
Kegiatan bercocok tanam hanya berladang dan berkebun, masing-masing lahan pertanian didirikan pondok-pondok sekaligus sebagai tempat tinggal tetap. Perladangan mereka semakin lama, semakin jauh dari perkampungannya, hingga sampai ke bukit-bukit sebelah timur Gunung Maria. Dan akhirnya para peladang itu mendirikan perkampungan baru di Wosu dan Daru , hanya sedikit saja yang masih tinggal di Pai.
La Maria menghimbau masyarakat Wosu ro Daru agar perkampungannya dipindahkan ke lokasi lain di sebelah barat Gunung Maria. Terjadilah perpindahan sambil mencari lokasi yang baik untuk mendirikan perkampungan baru. Mulanya mereka bermukim di Tuta Sungga, kemudian berduyun-duyun menuju Rangga Bolohawo tetapi tidak cocok untuk perkampungan. Kemudian mereka meneruskan perjalanan ke barat yang letaknya agak lebih rendah dari perbukitan dan menjadikannya sebagai perkampungan. Perkampungan baru itu diberi nama “Wawo” sesuai dengan nama daerah asalnya di Sulawesi dan masyarakatnya disebut “Dou Maria”, sesuai dengan nama La Maria yang diangkat menjadi pemimpin (Ncuhi), artinya orang yang dituruti perkataannya dan tempat berlindungnya masyarakat. Setelah meninggalnya Ncuhi Maria, nama Wawo mulai diganti namanya menjadi Maria.
Setelah selesainya pembuatan jalan yang menghubungkan Bima dengan pelabuhan Sape pada tahun 1914 Ruma Bicara dari Kesultanan Bima menghimbau agar semua perkampungan yang jauh supaya dipindahkan dekat dengan jalan raya. Dan pada tahun 1919 perkampungan lama Maria (Rasa To,I) mulai ditinggalkan oleh masyarakat Maria menuju Rasawoha, kemudian tahun 1924 berangsur-angsur pindah lagi ke sisi kiri-kanan jalan raya sehingga terjadi nama-nama baru dari perkampungan tersebut seperti :
• Kampung Bedi (Mangge Toi) berbatasan sebelah utara dengan Ntori
• Kampung Loka menempati sawah La Loka
• Kampung la Taa menempati sawah La Taa
• Kampung Oi Wobo berlokasi di sekitar mata air Oi Wobo
• Kampung Foomboto menempati areal yang banyak pohon mangga
Pada masa ini Desa Maria terdiri dari tiga kampung atau dusun yaitu :
• Dusun Wontu atau Oi Wobo
• Dusun Merpati atau Panggalasa
• Dusun Wadu lingga atau Foomboto
Kedua dusun terakhir merupakan pembagian dari Kampung Foomboto. Sedangkan kampung Bedi, Loka, dan La Taa merupakan kampung yang menjadi bagian dari Desa Ntori yang berada di bagian barat Desa Maria.
Santabe ta komentar mena, bune kombi menurut ndai kaso
0 Komentar:
Posting Komentar
Santabe, ta komentar mena, bune kombi menurut ndai kaso ta re