Home » » Surat Untuk Umi

Surat Untuk Umi

Assalamu'alaikum War. Wab. Umi..Telah lama ku berusaha menyusun kata, menuliskan lagi sepucuk surat untuk dirimu, Tiada mudah bagiku untuk memulainya.
Umi, Ingin sebenarnya untuk tidak mencurahkan segala isi hati putramu ini, entah sejauh mana surat anakmu ini dapat terselesaikan, aku tetap akan berusaha.
Umi, suratku ini padamu...bundaku, adalah ungkap derita hati anakmu ini, segala kecewa yang aku rasa, pilu hati ini telah mematahkan sayap-sayap emasku yang telah sekian lama dalam binaanmu dalam bimbinganmu
Maafkan aku, Jika suratku ini tak sesempurna yang Umi inginkan.

Dan maafkan pula, bila tetes air mata menghiasi isi suratku ini, Umi sayang, aku dalam kesendirian, sejak jauh dirimu, Adakah kesendirian aku ini adalah kesendirian yang abadi...?
Umi, Kesendirian yang tiada ada orang bisa turut merasakannya dan bisa membayangkannya "Kesendirian memiliki tangan-tangan sutera yang lembut, namun dengan jari-jarinya yang perkasa ia telah meremas jantungku dan membuatnya menderita karena duka.
Maafkan aku, jika tampak cengeng putramu ini menghadapi semua cobaan-Nya, tapi izinkanlah aku untuk cengeng hanya kepada dirimu saja Umi, hanya untuk mengenang dirimu mengenang semua yang pernah Umi berikan kepadaku, mengenang Cintamu, yang tiada pernah terbalaskan barang secuilpun. Tiada pernah sejenakpun bayangmu terganti.
Umi, Setiap kali kututup kedua belah telingaku ini dari segala bising yang ada, lembut nyanyianmu dulu semasa aku kecil selalu ada bagai tembang surgawi.
Masih teringat pula isak-isak tangismu ketika aku menyakiti hatimu dengan kenakalan remajaku dulu. sungguh aneh aku merindukan saat-saat itu Umi...bukan merindukan untuk menyakitimu namun aku merindukan betapa besar rasa sayang itu kepada diriku.

Umi, dalam kesendirianku, kunikmati sedih hatiku, Kesedihan dari rasa sakit yang berkepanjangan, dan rasa sakit itulah yang telah membunuh hasratku terhadap segala macam hiburan dan permainan duniawi, rasa sakit itu pulalah yang telah menyingkirkan sayap-sayap kedewasaan dari pundakku dan membuatku seperti kolam air di antara gunung-gunung (yang menjadi penjara kekal hidupku).
Umi, Hatiku merasa dingin dan jiwaku pun telah beku.

Tiada selimut hangat kasih yang melindungi putramu ini dari sengatan dingin, kurindukan semua itu, Umi berikanlah padaku walau hanya lewat mimpi di pulas tidurku saja.
Umi, maafkanlah anakmu ini yang belum dapat memberikan kepadamu nilai-nilai kebahagiaan, Maafkan aku, yang tak jua memberikanmu warna-warni dan semerbak harum bunga dalam hari-harimu. Ingin aku untuk bisa memberikan suapan-suapan kasihku padamu namun waktu belum juga memenuhi hasrat kecilku ini. Umi Melihatmu tersenyum, tertawa, hanyalah merupakan gambaran-gambaran masa lalu yang masih terpatri kuat dalam benakku kini.
Ingin aku untuk sujud mencium kakimu, agar dapat kurasakan syurga muliamu yang abadi.
Teringat aku akan lagu yang selalu engkau dendangkan padaku, lagu yang tidak mengenal usia, tiada mengenal waktu dengan sebagian baitnya; "Anakku ma mbale juju (lagu nina bobo khas masyarakat Bima)!" Lagumu itu adalah do'a bagi langkah-langkah ku, Ba'itmu itu telah pula menghibur hatiku di alam dukaku. Aku sekarang ingin menjadi bunga-bunga di pekarangan rumah kita yang dengan jemari lembutmu terawat dengan sejuta kasih.

Telah kau perkenalkan padaku hidup dengan segala artinya....Kau korbankan jiwamu demi kelahiranku, Telah kau tunjukkan padaku, arti dari menghargai seseorang (Mencintai seseorang) Dan telah pula kau arahkan padaku ini, satu jalan menuju arti Cinta dan Kasih serta Kesetiaan dan kejujuran, Teringat aku akan pesanmu dulu, agar Cinta, Kasih dan Kesetiaan selalu ku junjung di bumi manapun daku berada. Juga tentang ketulusan hati untuk mencintai seseorang walau itu tak bergema, tanpa sambut.

Cintamu telah menghidupkan hatiku ini, Umi ....bagaikan air yang menghidupkan lagi akar-akar di musim kemarau...

Muliakanlah keluargamu karena mereka adalah sayap untuk menerbangkanmu, tempat asal untuk kepulanganmu, dan tanganmu untuk mencapai keinginnmu (Ali Bin Abi Thalib)

Jangan kamu sibukkan hatimu dengan kesedihan karena yang hilang darimu, sehingga kamu tidak sempat bersiap sedia untuk menerima yang datang padamu (Imam Ali)

Kamar Sunyi GSF.243
9-04-07/03.10 BBWI
Sebelum Beranjak Subuh
Ketika Kegamangan Mulai Memuncak


Share this article :

0 Komentar:

Posting Komentar

Santabe, ta komentar mena, bune kombi menurut ndai kaso ta re

 
Support : Forum Dou Mbojo | Tofi Foto | Info Mbojo
Copyright © 2007. Mbojo Network, Berita dan Informasi Bima Dana Mbojo - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Dominion Rockettheme
Proudly powered by Blogger