Menonton “The Wildest Dream - Conquest of Everest", sebuah film dokumenter tentang kisah seorang petualang (pendaki) yang bernama Leigh Mallory, membuat saya kembali teringat pada beberapa tahun ke belakang ini tentang kembali munculnya perdebatan
mengenai First Climber on Everest. Apakah betul George Leigh Mallory (38) dan
Andrew “Sandy” Irvine (22) telah mencapai puncak Everest pada Expedisi tahun
1924 itu?. Dua puluh delapan tahun lebih awal dari pendakian Sir Edmund Hillary
bersama Tenzing Norgay yang saat ini masih tercatat sebagai pendaki Everest pertama
(1953).
George Leigh Mallory memimpin team ketiga dari Inggris Raya
bersama Irvine dan photographer Noel Odell pada 6 Juni 1924 dengan
ekspedisi bernama The British Expedition 1924. Dengan membawa botol oxygen
Asparratus (yang disediakan oleh irvin yang memang mahasiswa jurusan kimia yang
diajak oleh Mallory) cadangan mereka mendaki di musim moonson yang terkenal sangat
berbahaya. Setelah dua hari pendakian, Odell yang memang tinggal di base
tertinggi sempat melihat mereka mendaki pada sisi utara Everest, tapi
pandangannya lalu terhalang awan dan cuaca yang selalu berubah-ubah. Itulah
saat terakhir mereka terlihat hingga akhirnya hilang di telan salju abadi
Everest.
75 tahun kemudian tepatnya ditahun 1999, Thom Pollard dari
Everests Speakers Bureau mencoba memaparkan bukti-bukti kuat yang didapat dari
Mallory & Irvine Research Expedition (MIRE 1999) dan meneliti posisi
terakhir saat duo Pendaki Inggris tersebut hilang. Sejumlah geologist, ahli
sejarah, pendaki serta sherpa terbaik turut tergabung dalam misi ini.
Jenazah Mallory ditemukan pada ketinggian diatas 27.000
kaki, membeku di bebatuan beberapa ratus meter sebelum puncak dari jalur utara
(North Face). Di sekitarnya terdapat peralatan lain seperti Vest Pocket Camera
(Kodak), Altimeter, Jam tangan, Pisau, Tali panjat, Botol oxygen dan Kacamata
salju. Semua benda itu dikumpulkan lalu dianalisa secara teliti, sayangnya Team
MIRE ini tidak menemukan rol film yang telah digunakan karena diduga Mallory terjatuh
saat pendakian turun hingga mengalami patah tungkai kaki dan luka dikepala. Bukti
kuat lainnya adalah kapak es milik Irvine yang ditemukan tahun 1933 serta
beberapa kertas memo untuk Capt. Noel Odell, rekan satu teamnya yang terakhir
melihat Mallory dan masih hidup sekarang. Melihat buku catatan pribadi yang
masih utuh disaku Mallory, para peneliti semakin yakin bahwa Mallory telah
menaruh foto istrinya Ruth setelah mencapai puncak seperti yang dituturkan
sebelumnya kepada Odell, namun posisi ditemukannya Mallory yang tetap dirahasiakan.
Ekspedisi besar ini, akhirnya menjawab misteri pendaki
pertama Everest serta pengakuan langsung bagi pendaki sekaliber Mallory. Eric
Simonson Team Leader MIRE 1999 mengatakan “Mallory can from this day forward rest in
peace” disertai senyum mengembang tanda keberhasilan Teamnya..
Seperti menjadi jawaban yang melegenda dari Mallory ketika
ditanya oleh jurnalis New York Times “Mengapa mendaki Everest?” jawaban
yang simple tapi sangat bermakna: “Because it’s there“ (Karena disanalah
adanya), tiga kata yang mungkin menjadi lebih terkenal dari Mallory
sendiri, mengesankan rasa kengerian dalam diri Mallory.
Misteri yang selalu menjadi pertanyaan bagi para pendaki,
yang mungkin beberapa dari mereka ingin sebuah kepastian sejarah tentang siapa
pendaki pertama yang menyentuh puncak bumi tersebut, namun mungkin beberapa
lainnya tidak menganggap itu hal yang penting, bagi mereka siapapun yang
pertama kali berhasil menaklukan Everest adalah biarkan tetap menjadi misteri seperti
kemisteriusan puncak everest yang selalu menjadi daya pikat utama bagi para
pendaki untuk menaklukannya walaupun dengan menantang maut untuk sampai disana.
Terinspirasi setelah saya menonton Film Dokumenter “The
Wildest Dream - Conquest of Everest"
0 Komentar:
Posting Komentar
Santabe, ta komentar mena, bune kombi menurut ndai kaso ta re