Rasa atau kampung adalah lahan yang dipergunakan untuk perkampungan penduduk. Masyarakat Sambori awalnya hidup dalam kelompok-kelompok kecil. Mereka diikat oleh hubungan keluarga atau klan, seperti orang tua dan anak beserta anggota keluarga lainnya. Sebelum mengenal uma lengge, mereka tinggal di rumah menyerupai gubuk atau disebut Sapo. Mereka menguasai tanah di sekitar dimana mereka tinggal barsama anggota keluarga. Apabila salah satu anggota keluarga mereka menikah, orang tua akan memberikan lahan untuk membangun rumah di sekitar rumah orang tua. Untuk mendirikan rumah ini mereka tidak perlu meminta ijin kepada ncuhi.
Salah satu karakter fisik masyarakat Sambori ditandai oleh bangunan Uma Lengge (rumah lumbung) yang hanya ditopang oleh empat tiang. Rumah tanpa paku yang beratapkan alang-alang ini memiliki dua fungsi, yaitu sebagai tempat tinggal (to’o kai) sekaligus lumbung padi (pompa). Uma lengge merupakan rumah panggung yang terdiri dari tiga tingkat setinggi 12 m dengan bentuk kerucut. Tingkat pertama digunakan sebagi tempat duduk dan memiliki fungsi sosial, seperti untuk upacara-upacara adat, berinteraksi dengan tetangga atau bercengkerama dengan anggota keluarga. Tingkat ketiga merupakan ruang utama berukuran 4 X 4 m yang dipakai untuk tempat tidur sekaligus dapur. Paling atas merupakan lumbung untuk penyimpanan padi dan hasil bumi lainnya (Haris, 1996).
Lihat Desa Sambori dengan skala besar
Follow Twitter @Info_Mbojo & Facebook Info Mbojo
0 Komentar:
Posting Komentar
Santabe, ta komentar mena, bune kombi menurut ndai kaso ta re