Dahulu kala, langit dan laut saling
mencintai, mereka sama-sama saling menyayangi satu sama lain. Setiap senja
datang, si laut dengan lembut sekali membisikkan "Aku Mencintaimu"
ke telinga langit. Setiap langit mendengar bisikan penuh cinta dari laut,
langit tidak menjawab apa-apa hanya tersipu malu wajahnya semburat kemerahan.
Suatu hari, datanglah
segumpal awan... lalu begitu melihat kecantikan si langit, awan seketika itu
juga jatuh hati terhadap langit. Tentu saja langit hanya mencintai laut, setiap
hari awan tersebut hanya merenung dan hanya melihat laut saja, mencari cara dan
akhirnya menemukan akal bulus.
Awan mengembangkan dirinya
sebesar mungkin dan menyusup ke tengah-tengah langit dan laut, menghalangi
pandangan langit dan laut terhadap satu sama lainnya.
Laut merasa marah karena
tidak bisa melihat langit, sehingga dengan gelombangnya, laut berusaha menyibak
awan yang mengganggu pandangannya. Tapi tentu saja tidak berhasil.
Lalu datanglah angin, yang
sejak dulu mengetahui hubungan laut dan langit merasa harus membantu mereka
menyingkirkan awan yang mengganggu.
Dengan tiupan keras dan
kuat, angin meniup awan... Awan terbagi-bagi menjadi banyak bagian, sehingga
tidak bisa lagi melihat langit dengan jelas, tidak bisa lagi berusaha
mengungkapkan perasaan terhadap langit. Sehingga ketika merasa tersiksa dengan
perasaan cinta terhadap langit, awan menangis sedih.
Hingga sekarang, kasih
antara langit dan laut tidak terpisahkan. Kita juga bisa melihat di mana mereka
menjalin kasih. Setiap ke laut, dimana ada satu garis antara laut dan langit,di
situlah mereka sedang memadu kasih.
0 Komentar:
Posting Komentar
Santabe, ta komentar mena, bune kombi menurut ndai kaso ta re