Home » , » Please, jangan beralasan kita kalah karena Postur

Please, jangan beralasan kita kalah karena Postur

Kita kalah postur! Dari jaman baheula (rai di lako mee), tinggi badan rata-rata orang Indonesia tidak pernah berubah, demikian juga dengan tinggi rata-rata pemain tim nasional kita. Maka alangkah tidak bijaknya menyalahkan postur badan ketika Javad Nekounam sukses dua kali menyundul bola yang merobek jala Markus Horison kemarin. Markus sebenarnya bermain baik, terlebih di babak pertama saat berulang kali ia menyerobot umpan-umpan silang Iran yang tahu benar bahwa lawan mereka tidak diberkahi dengan postur menjulang. Untuk tim sedominan Iran, sebenarnya mereka cukup cemen karena kurang garang di dalam kotak penalti. Di babak pertama, strategi offside Indonesia sukses berulang kali menjebak Iran.
Kita memang kalah postur, tapi daripada mengutuk tinggi badan pemain kita yang pas-pasan, bukankah lebih baik mencari cara untuk mengatasi kekurangan itu?. 

Tadinya saya mengharapkan Indonesia akan bermain taktis dengan bola pendek sebagai kompensasi tinggi badan, tapi para gelandang Indonesia kerap kalah bertarung di tengah sehingga lebih suka mengirim bola langsung ke depan. Strategi route one macam itu sebenarnya tidak sepenuhnya inefektif karena Cristian Gonzales mempunyai kemampuan menjaga bola yang tidak dimiliki striker Indonesia lainnya. Gonzales juga yang set-up satu-satunya peluang Indonesia di babak pertama saat ia menyodorkan bola kepada Bambang Pamungkas yang tendangannya sayang masih melambung. Tanpa adanya Boas Solossa, Indonesia kehilangan variasi serangan. Apalagi Firman Utina sebagai dirigen gagal bersinar karena pressing ketat dari Iran. Dari kedua sayap Indonesia, M. Ilham terlihat lebih menjanjikan saat penetrasinya di kanan beberapa kali merepotkan bek lawan. Tapi capek-capek melewati bek lawan akan sia-sia jika keputusan terakhirnya adalah melepaskan umpan lambung ke kotak penalti yang dengan senang hati dihalau oleh bek-bek Iran. Dua kali kebobolan lewat set-piece di babak kedua, postur badan tidak sepenuhnya bisa dijadikan kambing hitam, terlebih gol kedua. Aturan elementer bertahan dari bola mati adalah pilih pemain mana yang akan dijaga dan tempel terus kemana ia bergerak seperti Ashanty menempel Anang. Nyatanya, Nekounam bisa bergerak bebas dan menyundul bola tak terkawal. Pelatih Wim Rijsbergen mencoba mengorek asa dengan memasukkan Irfan Bachdim di babak kedua, tapi yang membingungkan, ia menarik M Ilham yang cemerlang untuk memberi tempat bagi Tendangan Dari Langit. 

Butuh 80 menit bagi Rijsbergen untuk meyakini bahwa sudah saatnya Firman Utina diganti dengan Oktovianus Maniani. Saya pikir Okto bisa dimasukkan lebih cepat usai ketinggalan karena toh lini serang kita tak jalan. Kredit patut diberikan pada Bambang Pamungkas dan Cristian Gonzales yang berulang kali terlihat ingin memainkan bola pendek satu-dua sentuhan walau berulang kali juga gagal. Ini jauh terlihat lebih masuk akal dibanding deretan umpan lambung yang sia-sia ke kotak penalti. Ketiga lawan Indonesia di putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia ini semuanya dari jazirah Arab dengan postur yang superior. 


Apakah kita harus berserah pada kenyataan fisiologis yang menyebabkan sehari sebelum pertandingan para wartawan sepakbola diyakini telah menulis template artikel, “Kita kalah postur dari <terserahlah>”. 
Kita adalah negara yang gemar membajak, dari zaman kartu telepon magnetik, DVD hingga jailbreak iPad. Orang Indonesia selalu menemukan celah untuk menembus proteksi/regulasi apa pun yang dirasa membatasi. Tugas Wim Rijsbergen (dan siapapun pelatih tim nasional) adalah menemukan cara untuk “membajak” tinggi badan. Postur lawan selalu menyulitkan kita. Mencari cara untuk mengakali keterbatasan lebih berguna dibanding menyerah pada takdir tinggi badan.
Share this article :

0 Komentar:

Posting Komentar

Santabe, ta komentar mena, bune kombi menurut ndai kaso ta re

 
Support : Forum Dou Mbojo | Tofi Foto | Info Mbojo
Copyright © 2007. Mbojo Network, Berita dan Informasi Bima Dana Mbojo - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Dominion Rockettheme
Proudly powered by Blogger